---
Ziarah ke Makam Gus Dur 20 Juli 2025: Jejak Spiritualitas dan Inspirasi Bangsa
Pendahuluan
Di tengah hiruk-pikuk zaman yang terus bergerak maju, masyarakat Indonesia tetap memelihara akar spiritualitasnya melalui ziarah—sebuah tradisi yang lebih dari sekadar kunjungan ke makam. Salah satu tempat ziarah yang paling banyak dikunjungi adalah Makam KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disebut Gus Dur, yang terletak di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Pada 20 Juli 2025, ribuan peziarah kembali menyemut di sana. Bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh bangsa, tetapi juga sebagai pencarian makna dan kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
---
Siapakah Gus Dur?
KH Abdurrahman Wahid bukan hanya Presiden keempat Republik Indonesia. Ia adalah seorang ulama, pemikir, budayawan, pejuang hak asasi manusia, pluralisme, dan demokrasi. Dalam benak banyak orang, Gus Dur adalah "Bapak Bangsa" yang humanis. Bahkan setelah wafatnya pada tahun 2009, makam beliau menjadi pusat spiritual yang penuh dengan ziarah dan renungan, lintas usia, agama, etnis, dan latar belakang politik.
---
Makam yang Tak Pernah Sepi
Pada 20 Juli 2025, suasana Makam Gus Dur sudah ramai sejak dini hari. Para peziarah berdatangan dari berbagai penjuru Nusantara. Ada yang datang naik mobil pribadi, ada pula yang menempuh perjalanan dengan bus rombongan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Mereka bukan hanya ingin berdoa. Mereka ingin merasa dekat dengan teladan moral. Ziarah ke makam Gus Dur bukan ritual kosong; ini adalah perjalanan spiritual untuk meneguhkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan cinta sesama.
---
Jadwal Ziarah Makam Gus Dur
Berdasarkan ketentuan terbaru dari Pondok Pesantren Tebuireng, ziarah dibuka dalam dua sesi:
Pagi: 08.00 – 15.00 WIB
Malam: 20.00 – 03.00 WIB
Hari Jumat: 08.00–11.00 WIB dan 13.00–15.00 WIB
Tanggal 20 Juli 2025 jatuh pada hari Minggu, sehingga pengunjung bisa leluasa berziarah sepanjang hari.
---
Suasana Ziarah yang Khusyuk dan Syahdu
Begitu memasuki area pemakaman, pengunjung akan langsung disambut oleh taman yang asri, suara tahlil dari para santri, dan semilir angin sore yang mengingatkan pada ketenangan jiwa. Makam Gus Dur berada di antara makam-makam tokoh besar lainnya: KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU) dan KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur).
Batu nisannya sederhana, bertuliskan empat bahasa—Indonesia, Arab, Inggris, dan Mandarin—yang menegaskan karakter universal Gus Dur:
"Here rests a humanist".
---
Doa dan Harapan Para Peziarah
Banyak yang datang dengan harapan:
Sebuah doa untuk kesembuhan,
Keinginan agar keluarga damai,
Permohonan petunjuk dalam politik dan sosial,
Dan tentu, harapan akan bangsa yang lebih adil dan damai.
Doa-doa itu menggema dari berbagai penjuru makam, dengan pelafalan yang lirih namun penuh harap.
---
Makna Ziarah di Era Modern
Di tengah dunia yang penuh disrupsi, ziarah ke makam tokoh seperti Gus Dur menjadi penyejuk batin. Generasi muda yang datang bukan hanya sekadar mengikuti tradisi, melainkan mencari jawaban:
> "Apa yang bisa saya teladani dari Gus Dur hari ini?"
Dan jawabannya pun muncul dari kisah-kisah hidup Gus Dur yang begitu pluralis, berani, dan memihak rakyat kecil.
---
Kegiatan Lain di Kawasan Makam
Selain ziarah, pengunjung juga menikmati:
Museum KH Hasyim Asy'ari, yang memuat sejarah NU dan keluarga besar Gus Dur.
Pesantren Tebuireng, yang masih aktif sebagai lembaga pendidikan dan tempat menimba ilmu.
Pusat UMKM dan oleh-oleh, tempat membeli buku, peci, sorban, bahkan merchandise Gus Dur.
Warung makan khas Jombang, dari nasi kikil hingga rawon khas pesantren.
---
Testimoni Peziarah
🗣️ "Saya datang dari Banjarnegara. Setiap tahun pasti ke sini. Gus Dur bagi saya adalah wali zaman ini," ujar Pak Rahmat, seorang petani.
🗣️ "Ini pertama kali saya ke sini. Saya Muslim, istri saya Katolik, dan kami merasa diterima di tempat ini. Gus Dur membuat semua orang merasa 'pulang'," kata Andreas, guru dari Malang.
---
Tantangan dan Harapan
Meskipun ziarah menjadi ajang refleksi, namun ada pula tantangan:
Kemacetan jalan menuju Tebuireng
Kurangnya tempat parkir pada hari padat
Kurangnya pemahaman makna ziarah bagi generasi baru
Namun semua itu diimbangi dengan upaya pengelola yang terus meningkatkan fasilitas, menjaga kebersihan, dan membangun ekosistem wisata religi yang berkualitas.
---
Refleksi: Belajar dari Gus Dur di Tahun Politik
Tahun 2025 juga menjadi tahun penting menjelang kontestasi politik nasional. Figur Gus Dur kembali menjadi rujukan dalam melihat bagaimana politik seharusnya berpihak pada rakyat.
Nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur:
Kemanusiaan
Keadilan
Kebebasan beragama
Demokrasi yang substansial
Semua nilai itu masih relevan, bahkan lebih penting dari sebelumnya.
---
Kesimpulan
Ziarah ke Makam Gus Dur bukan hanya perjalanan ke Jombang, melainkan juga perjalanan menuju jati diri bangsa. Setiap langkah menuju nisannya adalah langkah mencari makna, menjalin persaudaraan, dan memperkuat cinta tanah air.
Pada 20 Juli 2025, jutaan hati kembali menyatu dalam satu suara:
> "Gus Dur, kami melanjutkan perjuanganmu."
---
Penutup
Semoga ziarah ini bukan akhir dari pengalaman spiritual, melainkan awal dari sebuah komitmen untuk hidup lebih toleran, jujur, dan berani seperti Gus Dur. Mari kita jaga warisan nilai-nilai itu, mulai dari diri sendiri, dari rumah sendiri, dan dari Indonesia yang kita cintai.
---