5 Tips Menjadi Orangtua yang Lebih Sabar dan Empatik
Menjadi orangtua itu nggak mudah, kan? Kadang kita merasa sudah melakukan yang terbaik, tapi entah kenapa tetap aja merasa kesal, lelah, dan nggak sabar. Apalagi saat anak mulai rewel, tantrum, atau nggak mau dengerin. Kalau kamu merasa begitu, tenang aja, kamu nggak sendirian kok. Semua orangtua pasti pernah mengalami hal serupa. Namun, yang penting adalah bagaimana kita bisa terus belajar menjadi orangtua yang lebih sabar dan empatik.
Nah, dalam artikel kali ini, aku bakal sharing 5 tips simpel yang bisa membantu kamu jadi orangtua yang lebih sabar dan empatik, tanpa bikin stres. Yuk, kita mulai!
1. Pahami Perasaan Anak
Seringkali kita lupa kalau anak-anak itu juga punya perasaan yang perlu dihargai. Mereka belum sepenuhnya paham cara mengelola emosi, dan sering kali, perilaku mereka adalah cara untuk mengekspresikan kebingungan atau ketidaknyamanan. Misalnya, kalau anak tiba-tiba nangis tanpa alasan jelas atau marah karena hal sepele, itu bukan berarti mereka sengaja menguji kesabaran kita.
Contoh nih, waktu anakku yang paling kecil, Dira, tiba-tiba tantrum karena nggak bisa dapetin mainan yang dia mau. Aku awalnya merasa kesal dan hampir ikut marah. Tapi kemudian aku inget, dia nggak bisa mengungkapkan kecewa atau frustrasinya dengan kata-kata. Jadi, aku coba mendekatinya dengan pelan, duduk di sampingnya, dan bilang, "Aku tahu kamu kecewa karena nggak bisa dapet mainan itu, ya?" Alhasil, dia langsung lebih tenang karena merasa dimengerti. Pahami dulu perasaan anak, dan rasakan apa yang mereka rasakan. Ini bisa membantu banget untuk jadi lebih sabar.
2. Jaga Emosi Diri Sendiri
Kadang-kadang, kesabaran itu sulit ditemukan karena emosi kita sendiri sedang kacau. Misalnya, kamu lagi capek banget setelah seharian bekerja, atau ada masalah lain yang bikin mood kamu jelek. Nah, kalau udah kayak gitu, hal-hal kecil yang dilakukan anak bisa langsung bikin emosi meledak.
Aku pun pernah mengalami hal yang serupa. Satu hari setelah seharian kerja dan berurusan dengan banyak hal, aku pulang dan langsung disambut dengan pertanyaan anak-anak yang nggak ada habisnya. Kalau lagi nggak siap, rasanya ingin teriak aja, "Kenapa sih nggak bisa tenang sedikit?!". Tapi setelah aku sadar, ini adalah waktu untuk aku bisa lebih sadar akan diri sendiri dan menjaga keseimbangan emosi. Aku mulai mengambil napas dalam-dalam, minta waktu sebentar untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan interaksi dengan mereka. Gampang kan? Coba deh sesekali, kalau kamu merasa emosi mulai naik, ambil waktu sejenak buat tarik napas dan ketenangan diri.
3. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Kadang kita terlalu fokus pada hasil yang ingin kita capai, padahal proses belajar itu jauh lebih penting. Ini terutama berlaku untuk anak-anak. Mereka mungkin belum bisa melakukan sesuatu dengan sempurna, tapi itu bukan berarti mereka nggak berusaha. Misalnya, waktu anak pertama, Arka, mulai belajar membaca, aku sempat kesal karena dia sering keliru dan lama memahami huruf. Tapi aku coba menenangkan diri, karena aku tahu ini adalah bagian dari proses belajar yang normal. Aku jadi lebih fokus memberi dukungan daripada menunjukkan kekesalan.
Menghargai usaha mereka, meskipun hasilnya nggak sempurna, itu membuat mereka merasa dihargai dan semakin percaya diri. Inget, hasil yang cepat bukanlah segalanya. Justru dengan memberi ruang untuk mereka belajar tanpa tekanan, kita bisa lebih sabar dalam menghadapi setiap langkah kecil mereka.
4. Jadilah Pendengar yang Baik
Sering kali, anak-anak hanya butuh didengar, bukan dinasihati. Mereka merasa lebih dihargai dan dimengerti ketika kita benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan. Ini adalah cara yang sangat ampuh untuk membangun empati.
Pernah suatu kali, saat aku lagi sibuk di dapur, Arka datang dan mulai bercerita panjang lebar tentang sekolahnya. Awalnya aku agak nggak fokus, cuma jawab "iya" dan "oh gitu" sambil masih sibuk dengan pekerjaan. Tapi setelah aku sadar, aku berhenti sejenak, meletakkan piring, dan duduk mendengarkan dia dengan seksama. Dia langsung terlihat lebih senang dan merasa dihargai. Setelah itu, aku merasa hubungan kami lebih dekat. Jadi, kalau anak mulai cerita, luangkan waktu untuk mendengarkan, bukan cuma mendengarkan suara, tapi juga perasaan mereka.
5. Berikan Contoh yang Baik
Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat, bukan hanya apa yang mereka dengar. Jadi, kalau kita ingin mereka belajar menjadi sabar dan empatik, kita harus memberi contoh yang baik. Kita harus menunjukkan bagaimana kita menangani stres, berinteraksi dengan orang lain, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang positif.
Aku masih inget banget, waktu Arka marah karena temannya nggak mau berbagi mainan. Aku cuma bilang, "Arka, coba pikirin dulu, bagaimana kalau kamu di posisi temen kamu? Pasti kamu juga nggak mau mainanmu diambil kan?" Setelah itu, aku ajak Arka untuk berbicara dengan temannya, dan dengan cara yang lembut, mereka bisa saling berbagi. Hal-hal kecil kayak gini bisa jadi pembelajaran berharga untuk anak-anak kita.
Nah, itu dia lima tips sederhana untuk menjadi orangtua yang lebih sabar dan empatik. Gimana, gampang kan? Memang nggak selalu mudah, tapi kalau kita konsisten dan terus berusaha, pasti bisa kok. Ingat, kesabaran itu bukan sesuatu yang datang begitu saja, tapi bisa dipelajari seiring berjalannya waktu. Yang terpenting adalah kita berusaha untuk selalu jadi versi terbaik dari diri kita sebagai orangtua.
Jadi, bagaimana dengan kamu? Punya pengalaman seru atau tips lain yang ingin dibagikan? Yuk, ceritakan di kolom komentar!