Kisah Haji Karim: Sang Software Engineer Sepuh yang Tak Pernah Menyerah pada Zaman




---

Kisah Haji Karim: Sang Software Engineer Sepuh yang Tak Pernah Menyerah pada Zaman

BAB 1: Teknologi dan Waktu Tak Mampu Mengalahkan Semangat

Di sebuah kota kecil di Jawa Timur, hidup seorang lelaki sepuh bernama Haji Karim. Usianya telah melewati tujuh dasawarsa, namun semangatnya dalam mempelajari teknologi tetap menyala terang, seperti bara yang tak pernah padam. Ia bukan sosok biasa. Ia dikenal sebagai "software engineer tertua di kampungnya"—gelar yang diberi oleh para pemuda karena keuletannya merancang program meski jari-jarinya sudah keriput.

Di balik tubuh renta dan tatapan bijaknya, tersimpan memori digital yang ia rangkai sendiri sejak usia 60 tahun. Ya, Haji Karim baru mengenal komputer saat pensiun sebagai guru matematika. Namun siapa sangka, dalam satu dekade, ia menguasai Python, Java, HTML, bahkan machine learning!


---

BAB 2: Awal Perjumpaan dengan Dunia Digital

Setelah pensiun, Haji Karim merasa ada kekosongan. Hari-harinya yang dulu penuh dengan deret hitung dan persamaan kini kosong tanpa makna. Suatu hari, cucunya yang masih SMA datang membawakan laptop bekas, dan memperkenalkannya pada sebuah kata ajaib: "Coding".

> "Mbah, ini kayak matematika tapi lebih seru. Namanya Python!"
—kata cucunya sambil menunjukkan print("Hello World!").



Dari situlah semuanya dimulai. Mata Haji Karim berbinar. Ia pun mulai belajar melalui YouTube, membaca e-book, dan bertanya pada komunitas online.


---

BAB 3: Belajar dalam Senyap, Berbuah dalam Gemilang

Meski banyak yang meragukan, Haji Karim tak pernah gentar. Setiap malam selepas salat Isya, ia duduk di depan laptop usangnya. Tangannya bergetar mengetikkan baris-baris kode, dari HTML dasar hingga logika rekursif.

Lambat laun, ia berhasil membangun aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal masjid dan pengingat azan. Tak lama, dia pun membuat sistem informasi keuangan koperasi masjid. Program itu kini digunakan oleh lebih dari 15 masjid di wilayahnya!


---

BAB 4: Mengajarkan Generasi Baru

Tak cukup dengan menciptakan solusi, Haji Karim pun membuka kelas coding gratis di serambi masjid. Anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu rumah tangga belajar HTML, CSS, dan Python dasar darinya. Ia menyebut program ini:

> "Ngaji Teknologi" — ngaji dunia, ngaji akhirat.



Dari kelas kecil itu lahir generasi muda yang tak hanya paham agama, tapi juga tanggap teknologi. Banyak muridnya kini kuliah di bidang IT, bahkan ada yang menjadi freelancer internasional.


---

BAB 5: Menolak Menyerah pada Keterbatasan

Saat usianya menginjak 76 tahun, penglihatan Haji Karim mulai kabur. Dokter menyarankan untuk istirahat dari layar. Tapi ia menolak. Ia justru belajar menggunakan screen reader, dan memodifikasi sistem operasi Linux-nya agar ramah bagi penyandang low vision.

"Kalau mata tak mampu melihat, biar telinga yang membaca," ujarnya tegas.


---

BAB 6: Diundang ke Silicon Valley... Tapi Menolak

Namanya makin dikenal setelah videonya mengajar anak-anak di bawah pohon viral di media sosial. Beberapa perusahaan teknologi besar dari Jakarta, bahkan undangan konferensi dari Silicon Valley, datang menghampiri.

Namun ia menolak dengan halus.

> "Saya bukan mencari nama, saya mencari pahala. Mendidik di sini lebih menenangkan daripada berfoto di luar negeri."




---

BAB 7: Transformasi Digital di Ujung Desa

Berkat dedikasi Haji Karim, kampung kecilnya kini terkoneksi internet, anak-anak bisa belajar online, dan pedagang pasar bisa mencatat transaksi secara digital lewat aplikasi buatan beliau bernama "PASARIN" (Pasar Digital Indonesia).

Ia pun bekerja sama dengan PT Surabaya Solusi Integrasi, sebuah perusahaan teknologi lokal, untuk mengembangkan software yang cocok bagi UMKM desa. Mereka mengembangkan sistem kasir dan pencatatan stok berbasis cloud—murah, ringan, dan mudah digunakan.


---

BAB 8: Menyatukan Agama dan Teknologi

Haji Karim juga menciptakan "SI-TAKDIR" (Sistem Informasi Takmir Digital) untuk membantu pengurus masjid dalam mencatat zakat, infak, dan jadwal khutbah. Sistem itu kini sudah digunakan oleh lebih dari 200 masjid di wilayah Jawa Timur.

Dalam setiap pembukaannya, ia menyisipkan ayat-ayat Al-Qur'an agar teknologi tak melupakan nilai-nilai spiritual.


---

BAB 9: Warisan Digital

Kini, di usia 80 tahun, Haji Karim sedang menyelesaikan buku berjudul:

> "Membaca Dunia Lewat Kode: Perjalanan Seorang Software Engineer Lansia"



Buku ini akan menjadi warisan digital dan motivasi bagi generasi berikutnya bahwa belajar tak mengenal usia, dan perubahan bisa dimulai dari kampung halaman.


---

BAB 10: Inspirasi Sejati

Kisah Haji Karim membuktikan bahwa:

Umur bukan batasan belajar teknologi.

Teknologi bisa menjadi alat dakwah.

Inovasi tidak harus datang dari kota besar.

Kemauan dan keikhlasan adalah kunci perubahan.


Setiap kali ditanya mengapa ia terus berkarya di usia senja, ia hanya menjawab sederhana:

> "Karena Allah suka hamba-Nya yang terus bermanfaat sampai akhir hayat."




---

Penutup

Kisah Haji Karim adalah inspirasi bagi kita semua. Bahwa semangat belajar, kebaikan hati, dan kemauan untuk berbagi bisa mengubah dunia, bahkan dimulai dari sebuah laptop bekas dan niat tulus.

Semoga kita bisa meneladani semangat beliau dan menjadi insan yang terus belajar, berbagi, dan berkarya—baik untuk dunia maupun akhirat.


---


PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI

PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI - JUAL BELI BLOG - JUAL BLOG UNTUK KEPERLUAN DAFTAR ADSENSE - BELI BLOG BERKUALITAS - HUBUNGI KAMI SEGERA

Post a Comment

Support By Yahoo!
Support By Bing

Previous Post Next Post