---
"Dua Software Engineer dan Satu Mimpi: Cerita dari Meja Kerja yang Tak Pernah Sepi"
Bab 1: Di Balik Layar Dunia Digital
Setiap kali kita mengakses aplikasi, bermain game, membuka situs web, atau menjalankan sistem otomatis, kita jarang bertanya: siapa yang merancang semua ini? Jawabannya adalah para software engineer—pahlawan tanpa tanda jasa yang duduk di balik meja kerja, menatap monitor selama berjam-jam, dan berpikir kreatif demi menciptakan solusi digital yang fungsional.
Di sebuah ruangan kantor yang sederhana namun modern, duduk dua sosok yang sangat bersahaja: Pak Iwan dan Pak Dian. Mereka adalah software engineer di PT Surabaya Solusi Integrasi, perusahaan teknologi yang berkembang pesat dan telah membantu banyak sektor industri melalui solusi digital.
---
Bab 2: Awal Perjalanan di Dunia Coding
Pak Iwan, dengan latar belakang elektro, awalnya tak menyangka akan terjun ke dunia perangkat lunak. Ia belajar koding secara otodidak—berbekal buku, forum, dan semangat pantang menyerah. Sementara Pak Dian, lulusan teknik informatika, sejak muda sudah gemar mengutak-atik program dan membuat mini game menggunakan Pascal.
Mereka bertemu di sebuah bootcamp teknologi di Surabaya. Sejak saat itu, keduanya sering mendapat proyek bersama, saling melengkapi dengan gaya kerja yang berbeda: Iwan lebih fokus pada logika backend dan integrasi sistem, sedangkan Dian unggul dalam UI/UX dan database management.
---
Bab 3: Proyek Pertama yang Tak Terlupakan
Proyek pertama mereka di perusahaan adalah mengembangkan sistem absensi berbasis QR code untuk pabrik manufaktur di Sidoarjo. Tugas ini kelihatannya sederhana, namun penuh tantangan: jaringan sering putus, server overload, dan user interface kurang intuitif.
Namun mereka tidak menyerah. Dalam tiga bulan, mereka berhasil meluncurkan sistem yang stabil, ringan, dan user-friendly. Sistem ini kini digunakan oleh lebih dari 1.500 karyawan.
"Di situ saya sadar," kata Pak Iwan, "software bukan hanya soal coding. Tapi soal solusi yang benar-benar dibutuhkan orang."
---
Bab 4: Meja Kerja yang Tak Pernah Sepi
Ruang kerja mereka selalu hidup. Di meja Pak Dian, ada whiteboard kecil penuh coretan skema database. Di sisi Pak Iwan, dua monitor menyala dengan terminal Linux dan dokumentasi API. Di antara mereka, selalu ada kopi, snack, dan obrolan hangat tentang hidup, teknologi, atau masa depan.
Meski sibuk, mereka punya aturan tak tertulis: "Setiap sore jam 5, kita review hari ini sambil ngopi."
---
Bab 5: Tantangan Seorang Software Engineer
Tak semua orang mengerti tekanan kerja seorang software engineer. Tenggat waktu (deadline) yang ketat, bug misterius yang sulit ditemukan, revisi berulang, hingga kebutuhan untuk belajar terus-menerus membuat profesi ini memerlukan ketekunan tingkat tinggi.
"Kadang pas jam 2 pagi, kita masih debugging karena error di server production," ujar Pak Dian sambil tertawa kecil. "Tapi kalau sistem berhasil jalan, rasanya kayak menang lomba."
---
Bab 6: Teknologi yang Mengubah Dunia
Sebagai software engineer, mereka selalu berada di garda terdepan inovasi. Mereka ikut merancang sistem untuk IoT, machine learning ringan, dan cloud infrastructure untuk industri kecil-menengah. Mereka sadar, kontribusi mereka mungkin tak terlihat langsung oleh publik, tapi dampaknya nyata.
"Kita bukan artis. Tapi kalau program kita jalan dengan baik, ribuan orang terbantu," kata Pak Iwan.
---
Bab 7: Kode, Etika, dan Tanggung Jawab
Menjadi engineer bukan sekadar menulis baris demi baris kode. Tapi juga soal etika, keamanan data, dan tanggung jawab sosial. Pak Iwan dan Pak Dian tak pernah sembarangan menulis sistem. Mereka memastikan tidak ada kebocoran data, tidak ada celah keamanan, dan tidak ada fitur yang disalahgunakan.
"Kita harus tahu, setiap baris kode yang kita tulis akan mempengaruhi kehidupan orang lain," tegas Pak Dian.
---
Bab 8: Mimpi Membuka Startup
Di sela pekerjaan, keduanya memiliki mimpi bersama: membangun startup sendiri. Mereka ingin menciptakan platform yang membantu UMKM Indonesia go digital dengan harga terjangkau dan sistem mudah digunakan.
Sudah ada mockup yang mereka buat. Nama startup-nya pun sudah dipilih: "Kodingan Lokal." Slogan mereka: "Dari Indonesia, untuk Usaha Kecil."
---
Bab 9: Software Engineer dan Kehidupan Pribadi
Tak banyak yang tahu, kehidupan pribadi seorang software engineer kadang tidak seimbang. Waktu sering habis di depan komputer. Namun Pak Iwan dan Pak Dian belajar membagi waktu. Sabtu-Minggu mereka libur keras: khusus untuk keluarga, memancing, dan makan bersama di warung langganan.
"Mengurus program lebih mudah daripada mengurus rumah tangga," candanya, yang langsung disambut tawa oleh Pak Dian.
---
Bab 10: Inspirasi untuk Generasi Muda
Keduanya kini juga aktif menjadi mentor di komunitas belajar koding gratis di Surabaya. Mereka percaya, ilmu harus dibagikan, bukan disimpan.
"Dulu saya belajar dari orang yang nggak saya kenal di forum," ujar Pak Iwan. "Sekarang giliran saya bantuin anak-anak muda."
---
Penutup: Kode, Kopi, dan Kesetiaan pada Proses
Software engineer bukan profesi glamor, tapi penuh arti. Butuh disiplin, kesabaran, dan cinta pada proses. Dan kisah Pak Iwan dan Pak Dian membuktikan: dari meja kerja sederhana, dari segelas kopi sore, lahir sistem yang menopang banyak industri, dan mimpi besar untuk mengubah negeri.
---