---
Sekjen PKB Nilai Tayangan Trans7 Tak Hanya Melukai Lirboyo, tapi Santri Seluruh Indonesia
JAKARTA – Kontroversi terkait tayangan stasiun televisi Trans7 mengenai kehidupan santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, kini menjadi sorotan publik nasional. Tayangan tersebut dianggap menampilkan santri secara sensasional, mengabaikan konteks pendidikan, dan berpotensi merusak citra pesantren di seluruh Indonesia. Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Afifuddin Noor, menilai bahwa tayangan ini bukan hanya melukai nama baik Lirboyo, tetapi juga menyakiti hati ribuan santri di nusantara.
"Ini bukan hanya soal Lirboyo. Tayangan seperti ini bisa memengaruhi persepsi masyarakat terhadap seluruh pesantren di Indonesia. Santri adalah aset bangsa yang menimba ilmu dan membentuk karakter, bukan untuk dijadikan bahan hiburan semata," tegas Afifuddin, Selasa (15/10/2025).
---
Tayangan Trans7 yang Memicu Kontroversi
Program Trans7 yang dimaksud menyoroti kehidupan sehari-hari santri Lirboyo, mulai dari aktivitas belajar hingga disiplin keseharian mereka. Namun, sebagian besar masyarakat menilai tayangan itu bersifat berlebihan, bahkan cenderung lucu-lucuan, sehingga menimbulkan persepsi negatif.
Sejumlah klip menampilkan aktivitas santri yang sebenarnya rutin dan disiplin, tetapi dibingkai dengan narasi dan visual yang memancing tawa penonton. Konten ini memicu pro dan kontra. Beberapa pihak menganggapnya menghibur, sementara yang lain menilai melecehkan dan tidak menghormati institusi pendidikan.
Afifuddin Noor menekankan, "Media memiliki tanggung jawab moral. Tidak ada ruang untuk menayangkan kehidupan anak-anak santri demi rating semata. Mereka sedang menimba ilmu dan membentuk akhlak mulia, bukan objek tontonan."
---
Dampak Tayangan bagi Santri
Reaksi santri Lirboyo terhadap tayangan ini beragam, mulai dari kecewa hingga merasa tersinggung. Salah seorang santri mengaku, "Kami belajar dengan disiplin, penuh doa, dan fokus pada ilmu. Melihat diri kami dipertontonkan di televisi dengan cara lucu-lucuan membuat kami merasa dipermalukan."
Psikolog pendidikan, Dr. Rahayu Wulandari, menekankan dampak psikologis tayangan semacam ini. "Santri yang masih berada dalam tahap pembentukan karakter bisa mengalami stres ringan, merasa tidak dihargai, dan bahkan kehilangan motivasi belajar jika menjadi bahan tontonan tanpa konteks yang benar."
Orang tua santri juga mengungkapkan kekhawatiran mereka. Seorang wali santri mengatakan, "Kami mengirim anak-anak kami untuk belajar agama, bukan untuk dijadikan hiburan publik. Tayangan seperti ini bisa menimbulkan salah persepsi masyarakat terhadap pesantren."
---
Reaksi Alumni dan Pesantren Lain
Alumni Lirboyo turut menyoroti tayangan tersebut. Mereka menekankan pentingnya menjaga citra pesantren agar generasi muda tetap menghormati nilai-nilai keagamaan. Seorang alumni yang kini menjadi pendidik mengatakan, "Sebagai alumni, kami prihatin. Tayangan ini bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap seluruh santri, bukan hanya mereka yang tampil di layar kaca."
Santri dari pesantren lain di Indonesia juga mengekspresikan kekecewaan mereka. Beberapa mengunggah opini di media sosial, menyatakan bahwa tayangan tersebut mengabaikan sisi positif pesantren, seperti disiplin, kepedulian sosial, dan pendidikan karakter.
---
Analisis Media dan Opini Publik
Para pengamat media menilai kasus ini sebagai contoh perlunya etika jurnalistik yang lebih ketat. Dr. Ahmad Fauzi, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, menekankan, "Konten hiburan dan berita harus seimbang. Menampilkan kehidupan institusi pendidikan tanpa konteks bisa merusak citra lembaga dan memengaruhi pandangan publik."
Di media sosial, tagar terkait tayangan Trans7 sempat trending nasional. Banyak warganet mengekspresikan kekecewaan mereka, menyerukan agar media lebih bertanggung jawab. Beberapa komentar menilai tayangan tersebut "tidak pantas" dan "merendahkan santri," sementara sebagian kecil menilai konten tersebut menghibur.
Netizen pun ikut memberikan perspektif yang unik, misalnya akun Twitter @santrirasa: "Melihat tayangan ini, kami merasa identitas santri dipermainkan. Pendidikan kami bukan untuk bahan guyonan."
---
Respons Sekjen PKB dan Seruan Dialog
Afifuddin Noor meminta Trans7 untuk segera memberikan klarifikasi resmi dan permintaan maaf. Ia juga mendorong adanya dialog antara pihak media dan pondok pesantren agar kesalahpahaman tidak terulang.
"Ini bukan soal siapa yang salah atau benar, tapi bagaimana membangun hubungan baik antara media dan institusi pendidikan. Dialog bisa menjadi solusi jangka panjang," ujar Afifuddin.
Sejumlah pengamat media mendukung langkah ini, menekankan pentingnya evaluasi internal terhadap konten yang menyasar institusi pendidikan, agar media tidak menyinggung kalangan santri maupun lembaga agama di masa depan.
---
Tanggapan Resmi Trans7
Hingga saat ini, pihak Trans7 dikabarkan sedang menyiapkan klarifikasi. Sumber internal menyebut stasiun televisi tersebut akan mengeluarkan pernyataan resmi dan melakukan evaluasi program yang bersangkutan. Beberapa pihak produksi dikabarkan telah berkomunikasi dengan pengasuh Lirboyo untuk menjelaskan maksud tayangan.
Meski demikian, publik menunggu permintaan maaf yang transparan agar kepercayaan terhadap media dapat dipulihkan. Banyak pengamat menilai, langkah ini penting untuk menjaga hubungan harmonis antara media dan lembaga pendidikan agama.
---
Perspektif Akademisi dan Psikolog Pendidikan
Sejumlah akademisi menyoroti isu ini sebagai cermin perlunya literasi media yang lebih tinggi. Dr. Siti Marfuah, pakar pendidikan agama di Universitas Islam Negeri Malang, mengatakan, "Masyarakat harus mampu membedakan antara hiburan dan fakta. Tayangan sensasional tanpa konteks bisa merusak pemahaman publik tentang pesantren."
Psikolog pendidikan, Dr. Rahayu Wulandari, menambahkan, santri yang sering menjadi objek tontonan bisa mengalami penurunan motivasi belajar, merasa tidak dihargai, bahkan kehilangan rasa bangga terhadap institusi mereka. "Dampak psikologis ini bisa berjangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat," jelasnya.
Akademisi lain menekankan pentingnya edukasi media bagi santri, guru, dan masyarakat luas. Dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat menilai konten televisi secara kritis, menghindari salah tafsir, dan tetap menghormati nilai-nilai pendidikan agama.
---
Dampak Sosial dan Moral
Afifuddin Noor menegaskan bahwa tayangan semacam ini bisa berdampak luas. Persepsi negatif terhadap pesantren dapat menurunkan rasa hormat masyarakat terhadap lembaga pendidikan agama, yang pada gilirannya memengaruhi kualitas pendidikan dan moral generasi muda.
Ahli psikologi menambahkan bahwa dampak sosial tayangan ini juga bisa menimbulkan ketegangan antara masyarakat umum dan santri, terutama ketika konten yang ditayangkan di media populer menjadi viral dan menimbulkan opini publik yang salah.
---
Kesimpulan
Kasus tayangan Trans7 yang menampilkan kehidupan santri Lirboyo menjadi pelajaran penting bagi media, masyarakat, dan seluruh lembaga pendidikan. Sekjen PKB, Afifuddin Noor, menekankan bahwa tayangan ini tidak hanya melukai nama baik Lirboyo, tetapi juga berdampak luas terhadap santri di seluruh Indonesia.
Dialog antara media dan institusi pendidikan agama, permintaan maaf resmi, serta peningkatan literasi media masyarakat menjadi langkah penting untuk mencegah konflik serupa di masa depan.
Afifuddin menutup pernyataannya dengan tegas:
"Kita semua harus menghormati perjuangan santri, menghargai proses pendidikan mereka, dan menjaga kehormatan lembaga pendidikan yang menjadi pilar moral bangsa. Media harus belajar dari kasus ini dan bertindak lebih bijak. Santri bukan objek hiburan—mereka adalah generasi penerus bangsa."
---