---
Software Engineer Sepuh: Warisan Kode, Kebijaksanaan, dan Teknologi
BAB 1: Prolog – Lelaki dengan Baju Koko dan Tablet
Di tengah hiruk-pikuk dunia teknologi yang kerap diidentikkan dengan anak muda, berdiri tegak seorang lelaki sepuh mengenakan baju koko marun berbordir putih dan kopiah bermotif emas. Wajahnya menyimpan keriput pengalaman. Di tangannya, bukan tongkat atau kitab, melainkan sebuah tablet penuh baris kode dan skema alur sistem.
Dia bukan tokoh fiksi. Ia adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar—bahwa inovasi tidak mengenal usia. Dunia mengenalnya sebagai Bapak Sutikno, seorang software engineer senior dari PT Surabaya Solusi Integrasi. Di usianya yang ke-78, ia masih aktif merancang sistem, melatih generasi muda, dan mengajarkan prinsip kerja keras, kesederhanaan, serta integritas digital.
---
BAB 2: Awal Perjalanan – Dari Kapur ke Kode
Sutikno muda pernah menjadi guru matematika di tahun 1970-an. Di desa kecil Bojonegoro, ia terbiasa menggoreskan rumus di papan tulis dengan kapur putih. Namun, titik balik datang ketika seorang murid memperkenalkan komputer berbasis DOS.
"Pak, ini kalkulator digital," kata murid itu.
Rasa ingin tahunya mengalahkan keterbatasan. Dalam usia 40 tahun, Sutikno mulai belajar komputer, bahasa pemrograman Pascal, hingga akhirnya mengenal Visual Basic dan Python. Ia menyewa warnet malam-malam hanya untuk mengetik, mencoba, dan gagal.
---
BAB 3: Bergabung di PT Surabaya Solusi Integrasi
Di awal 2000-an, PT Surabaya Solusi Integrasi mulai mengembangkan software logistik berbasis web. Mereka mencari talenta yang bisa menggabungkan logika matematis dengan pengalaman kehidupan nyata. Sutikno, yang kala itu sudah 50 tahun, lolos seleksi dan diberi posisi sebagai Software Engineer Advisor.
Tugas utamanya bukan menulis kode tercepat, melainkan mengawasi struktur, keamanan, dan logika sistem. Dia menjadi mentor para engineer muda, memberikan nasihat seperti:
"Jangan tulis kode yang kamu sendiri tidak paham 1 minggu ke depan."
"Optimalkan logika, bukan kecepatan menulis."
"Testing bukan beban, tapi penyelamat."
---
BAB 4: Filosofi Koding Pak Sutikno
Berbeda dengan engineer muda yang terobsesi dengan tools terbaru, Sutikno punya prinsip:
> "Teknologi hanyalah alat. Manusia tetap aktor utama."
Filosofi koding ala Pak Sutikno:
1. Sederhana itu kekuatan.
2. Komentar itu warisan.
3. Refactoring adalah tanggung jawab.
4. Backup itu ibadah.
5. Bekerja dalam tim, bukan ego.
---
BAB 5: Proyek-Proyek Legendaris
Beberapa proyek besar yang ditanganinya:
Sistem Manajemen Gudang Otomatis (WMS): Mempercepat tracking barang dengan algoritma path-finding sederhana tapi akurat.
Aplikasi Absensi Berbasis Wajah: Ia membantu menyusun logika pembacaan wajah meski dirinya tak pernah belajar machine learning secara formal.
Sistem ERP Internal: Dia menyusun relasi antar modul dengan skema relasional yang kuat.
---
BAB 6: Senioritas vs Teknologi Baru
Ketika teknologi React, Flutter, dan AI mulai populer, banyak yang meragukan kemampuan Pak Sutikno. Namun, dia menjawab dengan sikap bijak:
> "Saya tidak harus menulis semua, tapi saya tahu bagaimana sistem itu harus bekerja."
Ia berperan sebagai arsitek sistem, merancang alur dari awal, mengidentifikasi bottleneck, dan mengatur kolaborasi tim multidisiplin.
---
BAB 7: Mengajar di Pesantren Coding
Setelah sukses di perusahaan, ia mendirikan Pesantren Coding di Lamongan. Di sinilah ia mengajarkan anak-anak santri bagaimana membuat program sederhana berbasis Python, HTML, dan MySQL.
Uniknya, kurikulum dikombinasikan dengan nilai-nilai Islam:
Tawakal setelah debugging.
Istiqomah dalam membaca dokumentasi.
Jujur dalam open-source.
---
BAB 8: Kisah-Kisah Menginspirasi
1. Menyelesaikan Bug Saat Lebaran: Di saat semua libur, Pak Sutikno rela ke kantor demi menyelamatkan sistem logistik yang rusak.
2. Menolak Suap Vendor: Ketika ditawari proyek dengan imbalan pribadi, ia menolak keras.
3. Menulis Dokumentasi Tangan: Hingga kini ia menyimpan 7 buku catatan tulis tangan tentang arsitektur sistem.
---
BAB 9: Teknologi dan Kehidupan
Pak Sutikno percaya bahwa teknologi harus melayani manusia, bukan sebaliknya. Ia selalu menekankan agar anak muda tidak tergoda gaya hidup hedonis startup dan tetap berpijak pada akar moral.
Ia berkata:
> "Kecepatan internet bukan ukuran sukses. Konsistensi dan niat baik adalah kuncinya."
---
BAB 10: Warisan Seorang Software Engineer
Kini, Pak Sutikno mulai mengurangi aktivitas coding. Tapi ia tetap aktif menulis buku, menjadi narasumber, dan mentor komunitas digital Indonesia.
Ia meninggalkan:
6 sistem digital yang masih digunakan aktif oleh perusahaan.
300+ engineer muda yang pernah dibimbing langsung.
Nilai-nilai kerja keras dan kejujuran yang tertanam di generasi penerus.
---
BAB 11: Penutup – Lelaki dengan Kopiah dan Kode
Ia tak pernah mengejar popularitas. Namun siapa sangka, foto dirinya dengan tablet dan kode Python kini viral, dijadikan ikon inspirasi: "Software Engineer Sepuh – Simbol Harapan di Dunia Teknologi Modern."
---
> Jika usia bukan batas belajar, maka teknologi bukanlah hak eksklusif anak muda.
---