---
🌋 LAPINDO TERBARU?
Fenomena Lumpur Panas di Rungkut Mapan Surabaya yang Mengejutkan Indonesia
Surabaya, 16 Oktober 2025 — Kamis sore yang biasanya padat dan sibuk di kawasan Rungkut Mapan, tiba-tiba berubah menjadi momen yang menggetarkan hati ribuan warga. Dari tengah jalan beraspal di lampu merah perempatan Yakaya, muncul semburan lumpur panas. Warnanya abu kecokelatan, pekat, dan beruap. Dalam hitungan menit, area sekitar macet total, orang-orang turun dari motor, dan kamera ponsel serempak mengarah ke titik yang sama.
Fenomena ini seolah membuka kembali luka lama Jawa Timur — ingatan pahit tentang lumpur Lapindo Sidoarjo, bencana yang masih terus diingat hingga kini.
Apakah ini pertanda Lapindo Jilid II? Atau sekadar gejala alam sementara yang bisa dijelaskan secara ilmiah?
---
🕓 BAB 1. Kronologi Detik-Detik Kejadian
Kamis, 16 Oktober 2025. Jam di dashboard motor Arif (34) menunjukkan pukul 15.59 WIB ketika ia berhenti di lampu merah Yakaya, Rungkut Mapan. Suasana sore cukup normal — lalu lintas padat, pedagang minuman di pinggir jalan, dan suara klakson bersahutan.
Namun, hanya beberapa detik setelah lampu merah menyala, suara mendesis terdengar dari bawah tanah. Seperti bisikan tekanan udara yang terlepas. Beberapa pengendara sempat menatap curiga ke arah sumber suara itu.
"Tiba-tiba keluar lumpur dari celah kecil di aspal, kayak air mendidih dari ketel," tutur Arif.
Dalam satu menit, gelembung kecil berubah menjadi semburan lumpur berdiameter sekitar 30 cm. Lumpur terus mengalir dan meluber ke badan jalan. Suhunya hangat, bahkan cenderung panas.
Polisi lalu lintas yang bertugas langsung menutup jalur, sementara warga sekitar berhamburan keluar rumah. Suasana berubah kacau.
Pukul 16.10 WIB, semburan semakin deras dan mulai menyebar. Beberapa mobil yang berhenti di dekat titik tersebut segera mundur.
Video amatir pun viral di media sosial. Dalam waktu 15 menit, tagar #LumpurRungkut menjadi trending lokal di Surabaya.
---
🚨 BAB 2. Tindakan Cepat BPBD dan DLH Surabaya
Begitu menerima laporan, BPBD Kota Surabaya langsung mengirim tim reaksi cepat. Bersama aparat kepolisian dan pemadam kebakaran, mereka memblokir area sekitar perempatan dan memasang garis pengaman sejauh 30 meter.
Kepala BPBD, Eko Wibowo, mengonfirmasi bahwa fenomena ini bukan ledakan, melainkan semburan lumpur panas dari bawah permukaan tanah.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) segera mengambil sampel lumpur untuk diuji di laboratorium.
Hasil awal sementara (diperoleh malam itu pukul 21.00 WIB) menunjukkan bahwa lumpur mengandung silika, kaolin, dan sedikit unsur belerang. Temperatur lumpur terukur antara 42°C hingga 47°C, menandakan adanya aktivitas panas di bawah permukaan.
> "Kami belum bisa menyimpulkan penyebab pastinya. Namun fenomena ini jelas bukan dari got atau limbah pabrik," ujar Kepala DLH, Yuliana Puspitasari.
---
🌍 BAB 3. Apa yang Terjadi di Bawah Tanah Surabaya?
Ahli geoteknik dari ITS Surabaya, Dr. Bambang Riyanto, menjelaskan bahwa struktur geologi Surabaya Timur sangat kompleks.
Wilayah Rungkut dulunya merupakan endapan rawa dan laut purba, sehingga memiliki lapisan lempung yang tebal dan jenuh air. Jika tekanan di bawah lapisan ini meningkat karena pergerakan air panas atau gas, maka bisa muncul semburan lumpur di permukaan.
> "Fenomena seperti ini dikenal sebagai mud volcano minor. Tidak sebesar Lapindo, tapi mekanismenya mirip, yaitu pelepasan tekanan bawah tanah melalui retakan," katanya.
Dr. Bambang menambahkan, fenomena ini bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan gas terperangkap akibat perubahan tekanan tanah.
2. Aktivitas panas bumi minor.
3. Efek mikro gempa di Laut Madura atau Laut Jawa Selatan.
Surabaya sendiri tidak memiliki gunung api aktif, namun berada di atas lempung aluvial yang menyimpan air panas dan gas dari endapan organik masa lampau.
---
🔥 BAB 4. Ingatan Akan Lapindo
Wajar jika masyarakat langsung teringat tragedi Lapindo Sidoarjo (2006), yang menenggelamkan belasan desa dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Lokasi Rungkut Mapan hanya berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat semburan Lapindo.
"Begitu lihat videonya, saya langsung gemetar. Jangan-jangan mulai lagi, cuma pindah tempat," kata Sulastri (41), warga asal Porong yang kini tinggal di Rungkut.
Namun, para ahli menegaskan bahwa tidak ada hubungan langsung secara struktur geologi antara Porong dan Rungkut.
Endapan di Porong berasal dari sistem geotermal yang lebih dalam, sementara Rungkut didominasi sedimen dangkal.
Tetapi bagi masyarakat, bayangan bencana itu sudah cukup untuk menimbulkan kecemasan massal.
---
🧪 BAB 5. Analisis Awal dari Tim Lapangan
Pukul 17.00 WIB, petugas DLH Surabaya dan Dinas PU Bina Marga memetakan area semburan. Hasil pemindaian menunjukkan tanah sekitar titik semburan mulai lembek hingga kedalaman 1,2 meter.
Tekanan air bawah tanah meningkat drastis, kemungkinan akibat penumpukan air panas di bawah lapisan kedap.
Fenomena ini tidak menimbulkan ledakan, namun bisa membuat tanah di sekitarnya amblas perlahan.
BPBD memasang sensor getaran dan kamera termal untuk memantau aktivitas bawah tanah selama 24 jam.
---
🏠 BAB 6. Warga yang Gelisah dan Rasa Takut yang Kembali
Malam itu, warga Rungkut Mapan nyaris tak tidur. Banyak yang berjaga di depan rumah, sambil terus memantau area perempatan Yakaya dari jauh.
Suara kendaraan sudah sepi, digantikan dengan gemuruh mesin pompa dan alat berat yang didatangkan untuk memperkuat tanah sekitar lokasi.
Beberapa pedagang kaki lima bahkan memindahkan gerobak mereka ke tempat lebih jauh. "Takut tanahnya retak lagi," ujar Pak Darto, penjual soto yang sehari-hari mangkal di dekat lokasi.
Ketakutan warga sangat manusiawi.
Fenomena lumpur panas, sekecil apa pun, membawa trauma psikologis bagi mereka yang pernah menyaksikan Porong berubah menjadi danau lumpur.
---
🧭 BAB 7. Langkah Teknis Pemerintah Kota Surabaya
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, langsung meninjau lokasi pada malam harinya. Beliau menegaskan bahwa pemerintah kota bergerak cepat dan hati-hati.
> "Kami tidak mau gegabah. Tim ahli geologi, BMKG, dan ITS sedang meneliti. Area sudah steril, dan semua langkah diambil untuk menjamin keselamatan warga," katanya.
Keesokan harinya, pemerintah menyiapkan:
Pemasangan pipa kontrol tekanan untuk mengurangi potensi semburan baru.
Penimbunan sementara dengan material tanah liat dan pasir.
Sensor tanah permanen yang terhubung ke Command Center Surabaya.
Semua dilakukan agar tekanan bawah tanah dapat dipantau secara real-time.
---
🔬 BAB 8. Pandangan Ilmiah dari BMKG
Menurut data BMKG Karangploso Malang, tidak ada aktivitas gempa signifikan pada hari kejadian. Namun, mikropergeseran tanah (microfault movement) masih mungkin terjadi tanpa terdeteksi oleh alat skala regional.
Peneliti geofisika BMKG, Ir. Dian Puspitasari, M.Sc, menyebut bahwa fenomena serupa pernah muncul di Bekasi (2022) dan Kendari (2018) — keduanya tidak berkembang menjadi bencana.
> "Tekanan air tanah dalam bisa naik karena perubahan cuaca ekstrem atau peningkatan suhu global. Itu memicu pelepasan tekanan alami," ujarnya.
BMKG juga merekomendasikan pemetaan ulang lapisan tanah Surabaya Timur agar kota ini lebih siap menghadapi potensi geotektonik urban di masa depan.
---
🏙️ BAB 9. Infrastruktur Bawah Tanah yang Kompleks
Surabaya adalah kota besar dengan jaringan bawah tanah padat:
pipa PDAM, gas, listrik, drainase, hingga kabel komunikasi.
Dinas PU mencatat, di area Rungkut Mapan terdapat tiga jalur utilitas utama yang bersilangan di bawah permukaan.
Pemeriksaan awal menunjukkan tidak ada kebocoran pipa air atau gas, namun tekanan tanah di sekitar lokasi lebih tinggi dari normal.
Kondisi ini membuat beberapa pihak menduga bahwa aktivitas manusia di bawah tanah, seperti pengeboran utilitas atau konstruksi, mungkin turut memicu pelepasan tekanan.
---
💬 BAB 10. Reaksi Masyarakat dan Media Sosial
Sejak sore kejadian, media sosial dipenuhi spekulasi: ada yang mengira itu "Lapindo mini", ada pula yang menuduh pipa bocor, bahkan ada yang menulis bahwa "tanah Surabaya sedang marah."
Tagar #LapindoBaru #RungkutMapan sempat menduduki trending di X (Twitter) regional Jawa Timur.
Di sisi lain, banyak juga yang menyerukan agar masyarakat tidak panik dan menunggu hasil resmi pemerintah.
Pemerintah Kota Surabaya kemudian merilis video klarifikasi di akun resminya, menegaskan bahwa fenomena ini terkendali dan tidak berbahaya.
---
💼 BAB 11. Dampak Sosial dan Ekonomi
Hanya dalam dua hari, aktivitas ekonomi di kawasan Rungkut menurun. Beberapa restoran dan ruko melaporkan penurunan pelanggan hingga 50%.
Jalur utama yang biasa dilalui pekerja kantor dan kurir logistik menjadi lebih macet karena pengalihan arus.
Sektor properti juga mulai waspada.
AREBI Jawa Timur mencatat penurunan minat beli rumah di radius 1 km dari lokasi sebesar 12% hanya dalam seminggu.
> "Investor pasti menunggu kepastian geoteknik. Kalau ini cuma fenomena sesaat, efeknya akan pulih," jelas Hadi Prasetyo, analis pasar properti.
---
🧘 BAB 12. Antara Alam, Ilmu, dan Spiritualitas
Bagi sebagian warga, kejadian ini juga dimaknai secara spiritual. Ada yang menganggap bumi sedang "memberi tanda" kepada manusia agar lebih menjaga keseimbangan lingkungan.
> "Bumi ini sudah terlalu banyak digali, dipasang kabel, pipa, beton. Mungkin alam sedang mengingatkan kita," ucap Mbah Kasan, tokoh masyarakat Rungkut Lama.
Pandangan ini memperkaya diskusi publik — bahwa fenomena alam tidak selalu harus ditakuti, tetapi juga bisa dijadikan bahan introspeksi dan pembelajaran.
---
🧱 BAB 13. Langkah Mitigasi dan Penelitian Jangka Panjang
ITS, BMKG, dan Kementerian ESDM bersepakat membentuk Tim Kajian Lumpur Rungkut (TLR) untuk memantau fenomena ini secara ilmiah selama enam bulan ke depan.
Penelitian meliputi:
Pemetaan 3D lapisan tanah dengan Ground Penetrating Radar (GPR).
Pengukuran tekanan air bawah tanah secara berkala.
Analisis kandungan gas untuk mendeteksi potensi geotermal.
Hasil kajian awal akan diumumkan pada Desember 2025.
Pemerintah juga berencana memasukkan hasil penelitian ini ke dalam peta risiko bencana geoteknik Surabaya, agar bisa digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan.
---
🌏 BAB 14. Penutup — Rungkut dan Masa Depan Kota Bawah Tanah
Surabaya kini dihadapkan pada kenyataan bahwa perubahan lingkungan bawah tanah bisa muncul kapan saja. Di tengah ambisi pembangunan kota pintar dan jaringan bawah tanah modern, kejadian di Rungkut Mapan adalah pengingat keras:
bahwa teknologi tidak bisa sepenuhnya menaklukkan alam.
Namun, dari sisi lain, peristiwa ini juga membuktikan kesiapsiagaan pemerintah kota dan masyarakat Surabaya. Tidak ada korban, tidak ada kepanikan besar, dan penanganan berjalan cepat.
Kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga — bagaimana kota besar harus hidup berdampingan dengan bumi yang dinamis.
> "Kita tidak bisa menolak bumi bergerak, tapi kita bisa belajar bergerak bersama bumi," ujar Dr. Bambang Riyanto menutup wawancaranya.
---