China Tegas Minta Warga Hindari Tur Murah ke Thailand, Sebut Banyak yang Tertipu dan Jadi Korban Kejahatan

China Tegas Minta Warga Hindari Tur Murah ke Thailand, Sebut Banyak yang Tertipu dan Jadi Korban Kejahatan

Pemerintah China kembali mengeluarkan peringatan keras kepada warganya agar tidak tergiur dengan paket tur murah ke Thailand yang marak beredar secara online maupun melalui agen perjalanan tidak resmi. Peringatan ini disampaikan oleh Kementerian Keamanan Publik China menyusul meningkatnya laporan warga yang menjadi korban penipuan, eksploitasi kerja, hingga perdagangan manusia setelah mengikuti paket wisata murah tersebut.

Dalam pernyataannya, pihak berwenang China menegaskan bahwa banyak dari tur murah yang ditawarkan ke Thailand ternyata menjadi kedok jaringan kriminal internasional, terutama yang beroperasi di wilayah perbatasan Thailand–Myanmar–Laos. Para korban yang awalnya dijanjikan liburan murah justru dijebak untuk bekerja di pusat penipuan daring, rumah judi online, atau bahkan dijual ke sindikat kejahatan lintas negara.

Tur Murah yang Menjebak

Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan China mengungkapkan bahwa banyak paket "tur super murah" yang beredar di platform media sosial, seperti WeChat dan Douyin, ternyata tidak memiliki izin resmi. Harga yang ditawarkan bisa jauh di bawah harga pasar, bahkan hanya sepertiga dari biaya normal perjalanan ke Thailand.

Contohnya, ada penawaran tur lima hari empat malam dari Guangzhou ke Bangkok dan Pattaya hanya seharga 1.000 yuan (sekitar Rp2,2 juta) termasuk tiket pesawat dan akomodasi. Tawaran ini tentu menarik bagi banyak wisatawan, terutama generasi muda yang gemar berburu promo. Namun, sejumlah korban mengaku bahwa setibanya di Thailand, jadwal tur tidak sesuai janji — mereka malah dipaksa mengikuti seminar investasi, menginap di hotel murahan, atau bahkan dibawa ke kawasan terpencil untuk "bekerja sementara".

Seorang warga China berinisial Li menceritakan pengalamannya dalam wawancara dengan media lokal. Ia mengatakan bahwa tur yang dijanjikan sebagai "liburan mewah murah" berubah menjadi mimpi buruk. Ia dan beberapa peserta lain ditahan oleh pemandu wisata yang bekerja untuk kelompok kriminal. "Kami disuruh membuat akun palsu dan menipu orang lain lewat internet. Kalau menolak, mereka mengancam akan menjual kami," ujarnya.

Thailand Kian Tersorot

Kasus-kasus seperti ini membuat citra pariwisata Thailand di mata warga China mulai tergerus. Padahal, China adalah salah satu sumber utama wisatawan asing Thailand. Sebelum pandemi COVID-19, hampir 11 juta wisatawan asal China berkunjung ke Negeri Gajah Putih setiap tahunnya, menyumbang pendapatan miliaran dolar bagi ekonomi Thailand.

Namun, sejak pariwisata dibuka kembali, angka kunjungan wisatawan China belum kembali pulih sepenuhnya. Salah satu penyebabnya adalah maraknya laporan kriminal di kawasan wisata, seperti penculikan turis, penipuan berbasis daring, serta kekhawatiran terkait keamanan umum.

Pemerintah Thailand sendiri telah berupaya memulihkan kepercayaan wisatawan dengan memperketat pengawasan terhadap agen perjalanan. Kementerian Pariwisata Thailand menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan otoritas China untuk memblokir agen ilegal dan menindak oknum yang menggunakan label "tur murah" sebagai kedok penipuan.

Sikap Tegas Beijing

Pemerintah China melalui Kedutaan Besarnya di Bangkok juga telah mengeluarkan imbauan langsung kepada warga negara Tiongkok yang berencana bepergian ke Thailand. Dalam peringatan tersebut, disebutkan agar wisatawan memilih agen resmi yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China serta menghindari tawaran mencurigakan yang berasal dari media sosial.

Kedutaan juga mengingatkan bahwa kejahatan lintas batas di Asia Tenggara sedang meningkat pesat, termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi kerja paksa. Beijing berjanji akan terus bekerja sama dengan otoritas Thailand, Laos, dan Myanmar untuk menyelamatkan warganya yang menjadi korban, namun menegaskan bahwa pencegahan tetap lebih penting.

"Warga Tiongkok diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak mempercayai tawaran perjalanan dengan harga yang tidak masuk akal. Banyak kasus yang tampaknya wisata, tetapi berakhir dengan kerja paksa dan kekerasan," tulis Kedutaan China di laman resminya.

Turisme Aman dan Bertanggung Jawab

Pengamat pariwisata dari Universitas Peking, Prof. Zhang Jian, menilai fenomena ini sebagai konsekuensi dari "turisme murah yang tidak sehat". Menurutnya, wisatawan sering kali hanya fokus pada harga tanpa memeriksa legalitas penyelenggara. "Jika harga perjalanan internasional terlalu murah untuk menjadi kenyataan, hampir pasti ada risiko besar di baliknya," ujarnya.

Zhang juga menilai bahwa pemerintah Thailand perlu lebih transparan dalam menindak agen ilegal dan memperkuat kerja sama lintas negara untuk memastikan keamanan wisatawan. "Hubungan pariwisata China–Thailand sudah lama terjalin, dan kepercayaan publik harus segera dipulihkan," tambahnya.

Penutup

Imbauan keras dari pemerintah China ini menjadi pengingat bagi wisatawan di seluruh dunia untuk selalu berhati-hati terhadap tawaran perjalanan dengan harga yang terlalu murah. Di era digital, di mana promosi pariwisata mudah menyebar lewat media sosial, penipuan juga semakin canggih.

Kasus tur murah ke Thailand menunjukkan bahwa keamanan dan transparansi harus menjadi prioritas utama, bukan hanya harga. Bagi kedua negara, kerja sama erat dalam melindungi wisatawan menjadi kunci menjaga keberlanjutan sektor pariwisata yang sehat dan terpercaya di kawasan Asia Tenggara.


PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI

PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI - JUAL BELI BLOG - JUAL BLOG UNTUK KEPERLUAN DAFTAR ADSENSE - BELI BLOG BERKUALITAS - HUBUNGI KAMI SEGERA

Post a Comment

Support By Yahoo!
Support By Bing

Previous Post Next Post