---
🇮🇩 20 Kolonel Pecah Bintang: Regenerasi Kepemimpinan TNI di Akhir September 2025
Jakarta — Langit Jakarta tampak cerah pada Selasa pagi, 30 September 2025. Di halaman utama Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) Cilangkap, Jakarta Timur, barisan prajurit tampak tegap berbaris. Derap langkah teratur menggema di antara udara pagi yang masih sejuk. Hari itu, menjadi saksi sejarah bagi 20 perwira menengah TNI yang resmi "pecah bintang", naik pangkat menjadi perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen), Laksamana Pertama (Laksma), dan Marsekal Pertama (Marsma).
Kenaikan pangkat ini bukan sekadar rutinitas administrasi militer. Di balik setiap bintang yang disematkan di pundak mereka, tersimpan cerita panjang tentang pengabdian, disiplin, dan pengorbanan.
---
Suasana Upacara: Penuh Khidmat dan Haru
Tepat pukul 08.00 WIB, upacara dimulai. Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dengan pakaian dinas lapangan lengkap dan wajah tegas, berdiri di podium utama. Di depannya, dua puluh perwira menengah dari tiga matra berdiri sejajar, masing-masing didampingi istri atau suami.
Di sela-sela pembacaan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1032/IX/2025, sejumlah wajah terlihat menahan haru. Setelah bertahun-tahun bertugas di medan berat — dari hutan Papua, laut Natuna, hingga perbatasan Kalimantan — kini mereka menyandang satu bintang di pundak kanan dan kiri seragamnya.
Suara terompet upacara menggema pelan ketika prosesi penyematan dimulai. Panglima TNI, satu per satu, menyematkan pangkat baru di bahu mereka. Tepuk tangan menggema dari para undangan, menandai babak baru dalam karier dua puluh perwira pilihan tersebut.
> "Kenaikan pangkat bukan hadiah, melainkan amanah. Bintang ini simbol tanggung jawab untuk menjaga kehormatan TNI dan bangsa," ujar Jenderal Agus dalam pidatonya.
---
Makna 'Pecah Bintang' dalam Tradisi TNI
Dalam tradisi TNI, istilah "pecah bintang" merujuk pada kenaikan pertama kali dari perwira menengah menjadi perwira tinggi. Titik ini menandai perubahan besar dalam karier seorang prajurit: dari komando lapangan menjadi pemimpin strategis yang bertanggung jawab terhadap kebijakan dan arah operasional.
Sebagian besar dari mereka yang naik pangkat adalah lulusan Akademi Militer (Akmil), Akademi Angkatan Laut (AAL), dan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1996–1998, generasi yang dikenal ulet, profesional, dan berpengalaman.
---
🪖 12 Perwira TNI AD: Wajah Baru Kepemimpinan Darat
Di antara tiga matra, TNI Angkatan Darat (AD) mendominasi jumlah perwira yang pecah bintang, yakni 12 orang. Mayoritas berasal dari korps infanteri, kavaleri, dan artileri medan — pasukan inti yang menjadi tulang punggung operasi darat Indonesia.
1. Brigjen TNI Dedi Kurniawan – Danrem 084/Bhaskara Jaya, Surabaya
Seorang prajurit yang dikenal disiplin, Dedi pernah bertugas di Aceh dan Papua. Kini, ia memimpin Korem yang berperan penting menjaga stabilitas Jawa Timur bagian utara.
2. Brigjen TNI Andika Saputra – Wadan Pussenkav Kodiklatad
Lulusan terbaik Akmil 1997 ini berpengalaman dalam operasi mekanis di Kostrad. Ia dikenal sebagai perwira inovatif yang mendorong penggunaan teknologi taktis dalam pelatihan.
3. Brigjen TNI Rahmad Hidayat – Kepala Staf Kostrad Bidang Operasi
Sebelum menjabat di Kostrad, ia pernah menjadi Komandan Yonarmed 12/105 Tarik dan dikenal sebagai sosok pekerja keras yang dekat dengan anak buah.
4. Brigjen TNI Ferry Mulyadi – Kepala BIN Daerah Sumatera Selatan
Ferry merupakan salah satu perwira dengan latar belakang intelijen tempur. Ia berpengalaman di bidang kontra-terorisme dan penanganan konflik sosial.
5. Brigjen TNI Rudi Hartono – Kepala Dinas Pengadaan Kodam XVII/Cenderawasih
Pernah bertugas di wilayah pegunungan Papua, Rudi dikenal dengan kemampuan logistik dan manajerial yang kuat.
6. Brigjen TNI Iwan Prasetyo – Danrem 133/Nani Wartabone, Gorontalo
Sosok tegas namun rendah hati, Iwan aktif mengembangkan program teritorial berbasis pemberdayaan masyarakat.
7. Brigjen TNI Junaidi Hasibuan – Kasrem 041/Gamas Bengkulu
Lulusan Akmil 1996 ini menonjol dalam operasi kemanusiaan dan penanganan bencana di Sumatera.
8. Brigjen TNI Wisnu Adi Nugroho – Dirbindik Kodiklat TNI AD
Wisnu dikenal sebagai perwira akademis yang gemar menulis dan mengajar. Ia menjadi salah satu motor reformasi pendidikan di TNI AD.
9. Brigjen TNI Arif Permana – Direktur Umum Rindam V/Brawijaya
Sosok organisator ulung, Arif berperan penting dalam modernisasi fasilitas pelatihan militer di Jawa Timur.
10. Brigjen TNI Bagus Haryanto – Kepala Staf Brigif Raider 9 Kostrad
Berasal dari satuan elite, Bagus pernah memimpin operasi di Poso dan Papua dengan reputasi taktis yang tinggi.
11. Brigjen TNI Dony Satriawan – Kasubdis Operasi Pusat Teritorial TNI AD
Dony aktif dalam kerja sama militer-sipil di berbagai daerah, terutama dalam pembangunan wilayah perbatasan.
12. Brigjen TNI Rachmat Sembiring – Kasi Intel Korem 131/Santiago, Manado
Perwira asal Medan ini dikenal sebagai pengamat situasi sosial dan politik di wilayah Sulawesi Utara.
> "Kami tidak hanya naik pangkat, tetapi juga naik tanggung jawab," ujar Brigjen Dedi Kurniawan usai pelantikan. "Tugas ke depan adalah menjaga netralitas TNI dan mendukung pembangunan nasional."
---
⚓ 5 Perwira TNI AL: Bintang di Laut Nusantara
Sementara itu, dari TNI Angkatan Laut (AL), sebanyak 5 perwira resmi naik pangkat menjadi Laksamana Pertama (Laksma). Mereka mewakili generasi baru pemimpin laut yang berperan penting dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
13. Laksma TNI Fajar Nugroho – Komandan Pasmar 2 Surabaya
Mantan perwira marinir ini dikenal berani dan disiplin. Ia memimpin Pasmar dengan semangat tempur tinggi dan pendekatan humanis terhadap prajuritnya.
14. Laksma TNI Benny Prasetyo – Kepala Dinas Material TNI AL
Ahli logistik dan teknologi kapal, Benny berperan besar dalam efisiensi rantai pasok dan pemeliharaan armada laut.
15. Laksma TNI Indra Kurniawan – Kepala Pusat Pemeliharaan Kapal (Pusharkan) Armada II
Ia dikenal sebagai sosok teknokrat militer yang mendorong modernisasi armada dengan sistem perawatan berbasis data digital.
16. Laksma TNI Roni Alamsyah – Komandan Lantamal IX Ambon
Dengan pengalaman panjang di kawasan timur, Roni berfokus memperkuat patroli laut dan membina sinergi dengan nelayan lokal.
17. Laksma TNI Suryo Bagaskara – Komandan Gugus Keamanan Laut Wilayah Barat (Guskamla Barat)
Suryo dikenal dengan reputasi internasionalnya dalam kerja sama keamanan laut ASEAN dan operasi gabungan lintas negara.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Muhammad Ali menyampaikan pesan penting saat memberi ucapan selamat:
> "Samudera tidak pernah diam. Begitu pula tantangan kita. Kalian, para Laksamana muda, adalah benteng pertama Indonesia di laut."
---
✈️ 3 Perwira TNI AU: Bintang di Langit Nusantara
Dari TNI Angkatan Udara (AU), tiga kolonel resmi menyandang pangkat Marsekal Pertama (Marsma). Mereka membawa semangat baru untuk memperkuat pertahanan udara nasional yang semakin strategis di era modern.
18. Marsma TNI Arya Perdana – Komandan Lanud Hasanuddin (Makassar)
Pilot tempur yang berpengalaman menerbangkan pesawat F-16, Arya dikenal dengan kepemimpinan tenang dan disiplin.
19. Marsma TNI Dwi Santoso – Staf Ahli Kasau Bidang Pertahanan Udara
Dwi berperan besar dalam penyusunan kebijakan pertahanan udara dan kerja sama radar lintas negara di Asia Tenggara.
20. Marsma TNI Hendra Kusumah – Kepala Pusat Pemeliharaan Pesawat (Puspeppar) TNI AU
Ahli teknik penerbangan, Hendra memimpin program digitalisasi perawatan pesawat tempur dan transportasi udara militer.
Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam sambutannya menegaskan bahwa regenerasi ini penting untuk memastikan kesinambungan profesionalisme AU.
> "Era perang modern menuntut kecepatan, kecerdasan, dan teknologi. Para Marsma baru ini adalah pionir digitalisasi pertahanan udara kita," tegasnya.
---
🧭 Regenerasi dan Transformasi TNI 2030
Promosi besar-besaran ini merupakan bagian dari program "Transformasi TNI Profesional dan Modern 2030" yang dicanangkan oleh Panglima TNI. Program tersebut bertujuan memperkuat sistem komando, memperbarui alutsista, dan menyiapkan SDM militer yang siap menghadapi ancaman siber dan konflik non-konvensional.
Dalam arahannya, Panglima TNI menekankan tiga prioritas utama:
1. Digitalisasi Komando dan Pengawasan Operasional (C4ISR).
2. Kemandirian industri pertahanan nasional.
3. Penguatan kerja sama internasional dalam keamanan kawasan Indo-Pasifik.
> "Kita tidak bisa lagi berpikir dengan cara lama. Tantangan modern seperti serangan siber, perang informasi, dan konflik sumber daya memerlukan pendekatan baru. Karena itu, regenerasi pemimpin menjadi kebutuhan mutlak," kata Panglima TNI di akhir acara.
---
Momen Keluarga dan Penghormatan
Usai upacara resmi, suasana di halaman Mabes TNI berubah lebih hangat. Para perwira yang baru saja menerima pangkat baru berfoto bersama keluarga. Beberapa anak kecil terlihat bangga melihat ayah atau ibunya kini menyandang "bintang" di pundak.
> "Saya melihat ayah saya berjuang sejak muda. Sekarang akhirnya beliau menjadi jenderal. Ini bukan hanya kebanggaan keluarga, tapi juga pengingat untuk selalu rendah hati," kata Rizka, putri Brigjen Dony Satriawan, sambil tersenyum haru.
Sementara itu, di antara sesama perwira, suasana penuh keakraban. Mereka saling memberi hormat dan ucapan selamat. Beberapa bahkan telah mengenal satu sama lain sejak masa taruna, menandakan eratnya ikatan "angkatan" di tubuh TNI.
---
Refleksi: Dari Kolonel ke Jenderal
Setiap perwira memiliki kisah panjang. Ada yang menghabiskan masa tugas di garis depan, ada pula yang berkiprah di bidang logistik dan pendidikan. Namun satu hal yang menyatukan mereka adalah dedikasi tanpa pamrih untuk Tanah Air.
Dari 20 nama yang naik pangkat, banyak di antara mereka pernah terlibat langsung dalam operasi besar — dari Operasi Tinombala di Poso, penanganan konflik Papua, hingga misi perdamaian PBB di Lebanon dan Kongo.
Brigjen Rahmad Hidayat, salah satu penerima pangkat, mengatakan bahwa bintang di pundak adalah simbol amanah rakyat.
> "Kami hanya ingin terus mengabdi. Setiap langkah di medan tugas adalah bentuk cinta kepada Indonesia."
---
🇮🇩 Penutup: TNI di Persimpangan Sejarah
Kenaikan pangkat 20 kolonel menjadi perwira tinggi pada akhir September 2025 bukan hanya peristiwa simbolik, tetapi juga bagian dari strategi regenerasi kepemimpinan nasional. Di tengah dunia yang terus berubah, kehadiran para jenderal muda ini menjadi sinyal bahwa TNI siap bertransformasi menuju kekuatan militer modern yang tangguh, humanis, dan profesional.
Dengan satu bintang di pundak mereka, dua puluh perwira ini kini memikul tanggung jawab lebih besar — bukan hanya kepada institusi TNI, tetapi kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dari udara, laut, hingga darat, mereka membawa pesan yang sama:
TNI kuat karena rakyat, dan rakyat kuat karena TNI.
---