---
Jumat di Masjid Agung Sidoarjo: Ketika Hati dan Langkah Menuju Keheningan
📅 Jumat, 1 Agustus 2025
📍 Masjid Agung Sidoarjo, Jawa Timur
---
Hari Jumat selalu punya tempat istimewa dalam hati umat Muslim. Ia bukan sekadar hari ke-6 dalam kalender Masehi, tetapi sebuah momentum spiritual yang tak ternilai. Bagi saya pribadi, Jumat adalah hari untuk pulang — bukan dalam arti fisik, tapi pulang secara batin ke titik nol; ke tempat di mana hati bisa tenang, jiwa bisa beristirahat, dan doa bisa lebih dalam.
Dan pada Jumat, 1 Agustus 2025, saya memutuskan untuk menunaikan salat Jumat di Masjid Agung Sidoarjo. Masjid ini bukan hanya ikon religius di pusat kota, tapi juga ruang spiritual yang mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam satu barisan salat yang lurus dan rapi. Setiap kali datang ke sini, ada nuansa agung yang sulit dijelaskan — bangunannya megah, tapi tetap ramah. Ramainya jamaah, tapi tetap hening dalam kekhusyukan.
---
📷 Sebuah Foto, Seribu Makna
Sebelum masuk waktu salat, saya sempat mengambil foto selfie di pelataran masjid. Di latar belakang tampak seorang pria mengenakan batik dan masker hitam — berdiri dengan tenang di bawah langit biru. Sekilas, foto itu biasa saja. Tapi semakin saya pandang, semakin saya merasa bahwa gambar itu menangkap lebih dari sekadar momen — ia seperti menyimpan narasi tentang kebersamaan, kesadaran, dan kehati-hatian di tengah era pasca pandemi yang masih membekas.
Di balik ekspresi wajah kami yang sederhana, ada satu kesamaan: kami datang membawa harapan. Harapan agar hidup lebih tenang, agar dosa diampuni, agar keluarga dilindungi, dan agar langkah ke depan semakin ringan.
---
🕌 Suasana Masjid yang Menenteramkan
Masjid Agung Sidoarjo bukan hanya tempat ibadah — ia adalah ruang sosial yang hidup. Di sini saya bisa melihat bagaimana masyarakat dari berbagai latar belakang berkumpul dalam kesederhanaan. Tak ada perbedaan antara si kaya dan si sederhana. Semua melepas alas kaki di tempat yang sama, duduk berdampingan dalam balutan kain sarung, dan menundukkan kepala bersama saat khatib menyampaikan khutbahnya.
Saya duduk di bawah tenda putih yang dibentangkan untuk melindungi jamaah dari panas matahari. Angin bertiup sejuk, sesekali membawa aroma khas masjid: campuran debu bersih, parfum kayu gaharu, dan udara lembap dari wudhu yang masih membekas di kaki dan tangan.
Khatib hari itu menyampaikan khutbah bertema "Menjaga Lisan dan Etika Sosial di Era Digital". Sebuah tema yang sangat relevan, mengingat bagaimana media sosial sering menjadi ladang dosa akibat lisan yang tak terkendali — meski hanya lewat jari.
> "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kutipan ini diulang oleh sang khatib, dan menggema kuat di hati saya. Kita hidup di zaman di mana kata-kata bisa jadi peluru — menyakiti, merusak, bahkan memecah belah. Maka, menjaga lisan (dan tulisan) menjadi bagian dari ibadah yang tak kalah penting.
---
🌿 Momen Refleksi: Ketika Diam Jadi Ibadah
Usai salat Jumat, banyak jamaah langsung bergegas pulang. Tapi saya memilih untuk tetap duduk sejenak di pelataran masjid. Menikmati keteduhan, menatap langit, dan membiarkan hati berbicara.
Dalam diam itu, saya merasakan bahwa inilah momen terbaik untuk berintrospeksi. Tidak ada notifikasi, tidak ada suara klakson kendaraan, tidak ada interupsi. Hanya saya, Tuhan, dan kesadaran bahwa hidup ini terlalu singkat untuk disibukkan dengan hal-hal yang tak penting.
Saya memejamkan mata sejenak dan mengucap dalam hati:
> "Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami, lapangkan rezeki kami, dan teguhkan langkah kami dalam kebaikan."
"Jadikan setiap Jumat kami sebagai pijakan baru menuju hidup yang lebih berkah."
---
📖 Jumat: Hari Penuh Keutamaan
Tak lengkap rasanya jika tidak menyebutkan beberapa keutamaan hari Jumat dalam Islam, yang selalu jadi pengingat mengapa hari ini begitu istimewa:
1. Hari Diciptakannya Nabi Adam AS
Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan..." (HR. Muslim)
2. Waktu Mustajab untuk Berdoa
Ada satu waktu pada hari Jumat, di mana doa akan diijabah. Meski waktunya tidak disebut secara spesifik, mayoritas ulama menyebut waktu tersebut berada di antara dua khutbah atau setelah Asar hingga Maghrib.
3. Penghapus Dosa Mingguan
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi SAW bersabda: "Salat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadan ke Ramadan adalah penghapus dosa di antara waktu-waktu tersebut, selama dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim)
---
✨ Penutup: Setiap Langkah Menuju Masjid Adalah Doa
Hari itu saya pulang dengan hati yang jauh lebih ringan. Bukan karena masalah hidup hilang, tetapi karena saya merasa telah meletakkan sebagian beban itu di tempat yang tepat — di rumah Allah, tempat di mana segala kesulitan diberi makna.
Masjid Agung Sidoarjo bukan hanya destinasi ibadah. Ia adalah pengingat bahwa hidup kita harus seimbang: antara dunia dan akhirat, antara sibuk dan diam, antara rutinitas dan perenungan.
Dan semoga setiap Jumat ke depan, kita tidak sekadar datang ke masjid demi menggugurkan kewajiban. Tapi benar-benar datang untuk menghidupkan hati, memperbaiki diri, dan mendekat kepada Sang Maha Penyayang.
---
#JumatBerkah #MasjidAgungSidoarjo #BlogSpiritual #RefleksiJumat #mrsteckling2012 #HariIstimewa #HeningDalamDoa
---